Meninggalkan Bulu, Menghampiri Wayang


Kamis, 31 Agustus 2006.


Pameran Tunggal Cak Kandar
BANDUNG – Dalam rentang waktu tahun 1969-an hingga 1993-an, dunia seni rupa kita mengenal nama Cak Kandar sebagai pelukis yang khusus memakai media bulu. Selama kurun waktu itu– sekian puluh tahun lamanya, Cak Kandar menikmati kesejahteraan ekonomi dan kebesaran nama yang begitu kesohor; Cak Kandar adalah bulu, bulu adalah Cak Kandar.
Sebutan ”Cak Kandar Bulu” bukan rahasia lagi. Bahkan, hingga detik ini, kepiawaian menggunakan media bulu sebagai sebuah karya seni barangkali belum ada yang mampu menandinginya.
Tapi masyarakat seni menentangnya, menuding lukisan bulu bukanlah sebuah karya seni dalam seni rupa. Penolakan itu begitu santer terdengar hingga sebagus apa pun lukisan bulu, tetap saja hanya dianggap sebuah kerajinan tangan. Meski demikian, lukisan bulu saat itu sangat laku keras, ibarat film-film nasional di tahun 80an, yang dicaci-maki namun dicari, atau sinetron-sinetron sekarang, dibenci para pengamat, tapi diminati khalayak.
Cak Kandar gelisah, padahal ia harus ikut bicara, tak bisa diam untuk tidak berkarya. Perlahan-lahan, untuk dapat ”diterima” menjadi seorang pelukis sejati, Cak Kandar mulai menyadari kekuatan yang ada pada dirinya. Toh dengan keahliannya melukis menggunakan media cat minyak, sebagai sebuah kewajiban dalam dunia seni rupa, tidak sulit bagi Cak Kandar yang memang sejak kecil sudah mengenalnya.

Mengembara ke Media Baru
Sejak tahun 1994, Cak Kandar mengembara, meninggalkan dunia bulu dan akrab dengan cat acrylic. Nasib baik masih selalu menjadi bagian dari dirinya, pameran demi pameran, baik di dalam maupun luar negeri terus dilakukan, meski hingga kini kegelisahannya masih belum dapat terukur hanya lewat objek lukisannya yang variatif, tapi terkesan figuratif.
Idiom wayang, ya akhirnya itu, yang dipilih Cak Kandar untuk mencari jati dirinya yang pernah hilang. Sejak ”bulu”nya dirampas waktu, kompleksitas karakteristik wayang ia angkat melalui lukisan, dengan kebaruan dan kreativitasnya.
Penggambaran peristiwa sosial politik dan budaya, selalu berorientasi pada idiom wayang, kental dengan simbol-simbol. Kolase pikirannya—mungkin—sebuah wacana baru bagi dirinya, dan harus disadari oleh Cak, ternyata melukis itu butuh energi ruang, waktu, dan imaji yang berproses, penuh tantangan, apalagi jika Cak Kandar ingin kembali menemukan jati dirinya.
Dan sebagai pelukis yang kreativitas dan produktivitasnya tinggi, Cak kembali melakukan pameran tunggalnya di Lobby Hotel Preanger` Bandung, sejak 15 – hingga akhir April 2002.
Sesekali, Cak tampak tidak mau terjebak dalam wayang, dipilihnya flora dan fauna. Ada kucing, kupu-kupu, bunga, hutan, dan lain-lain, walau. penjelajahan estetikanya, akhirnya tetap saja tertumpu kembali pada idiom wayang.
Rupanya, Cak Kandar dilahirkan menjadi seniman yang tekun dan konsisten mendalami satu objek jika belum puas benar menemukan klimaks yang sesungguhnya. Seperti saat ia berurusan dengan bulu, sekian puluh tahun itu.
Meski kurang berani untuk mengatakan, lukisan wayang yang diekspresikan Cak Kandar pada kanvas masih terkesan kaku, saya harus menyampaikannya, tokoh-tokoh wayang yang divisualkan dalam kanvas menjadi tak bernyawa, kecuali goresan-goresan di sekeliling wayang itu yang mampu memiliki ruh.
Tapi baiklah, mungkin yang paling penting bagi Cak Kandar, adalah tema wayang sebagai pertimbangan tradisi, kebutuhan naratif, butuh simbol, penuh mithos, jika benar, berarti ia sedang berusaha merebut peluang untuk menjadi salah satu pelukis yang akan dapat merebut tongkat estafet seni lukis Indonesia mendatang. Ya kan Cak?. (matdon)
Kamis, 25 April 2002 - No. 4094

EKSPRESIONISME



Pelukis Cak Kandar menyelesaikan lukisan ekspresionisme, di Taman Dayu Pandaan Kabupaten Pasuruan, Jatim, Sabtu (1/5). Cak Kandar yang berkolaborasi dengan Taman Dayu menggelar pameran bertajuk ”Natural Living in Taman Dayu”. Cak Kandar yang dikenal sebagai Perupa Bulu, kali ini unjuk kebolehan dalam seni rupa cat minyak diatas akrilik. Pameran lukisan untuk memperingati ulang tahun ke-9 Taman Dayu itu akan berlangsung tanggal 2-12 Mei di Club House The Taman Dayu.
(Ant/Str-Musyawir)